Wednesday, February 18, 2009

Ta Hsueh Hsueh Sheng Hui

Ta Hsueh Hsueh Sheng Hui (THHSH), kalau tidak keliru, didirikan pada tanggal 10 Oktober 1926, bertepatan dengan ulang tahun Republik Tiongkok. Pada saat ini, karena kurangnya referensi, maka kata ‘kalau tidak keliru’ berlaku juga bagi seluruh tulisan ini. Karena berdasarkan ingatan saya, maka tulisan ini bertumpu pada apa yang saya alami. Sekiranya ada pembaca yang menemukan kekeliruan di dalam tulisan ini maka silakan pembaca memperbaiki kekeliruan itu.

THHSH kini sudah tidak ada. Pada saat ini, tidak banyak dokumen yang mencatat tentang THHSH. Sebelum tidak ada lagi orang yang mengetahuinya, saya pikir ada baiknya, ingatan yang tersisa itu ditulis kembali sebagai dokumen sejarah. Diperlukan ingatan kolektif sejumlah orang untuk memperoleh dokumen yang lebih banyak. Itulah sebabnya pembaca yang mengetahui akan THHSH diharapkan membagi pengetahuannya untuk dijadikan koleksi di dalam dokumen sejarah THHSH.

Biasanya para mahasiswa mendirikan organisasi mahasiswa sehingga berdirilah berbagai organisasi mahasiswa dengan berbagai nama. Oleh karena itu, pada tahun 1926, beberapa orang mahasiswa Tionghoa di Jakarta mendirikan organisasi dengan nama Ta Shio Shio Sing Hui yang artinya adalah perkumpulan siswa perguruan tinggi. Beberapa waktu kemudian organisasi ini mendirikan cabang di Bandung sehingga pada waktu itu terdapat dua cabang organisasi, di Jakarta dan di Bandung.

Konon kabarnya pada suatu saat organisasi ini menjadi lesu sehingga hampir saja mati. Berkat salah seorang anggota yang aktif, entah siapa namanya, organisasi ini bangun lagi. Namun pada saat tentara Jepang menduduki Indonesia pada masa Perang Dunia kedua, organisasi ini tidur lagi. Organisasi ini bangkit lagi setelah Perang Dunia kedua usai. Mungkin pada waktu itulah namanya berubah dari Ta Shio Shio Sing Hui menjadi Ta Hsueh Hsueh Sheng Hui dengan arti yang sama. Kemudian THHSH memiliki cabang di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar. Entah mengapa Cabang Makassar menjadi beku dan tidak pernah cair lagi.

Ada tiga nama anggota yang sering disebut­sebut pada waktu itu yang mungkin saja berjasa dalam kebangkitan kembali THHSH yakni Oei Oe Ang, Lie Tiong Djien, dan Liem Siang Hok. Pada tahun 1952-1953, Oei Oe Ang adalah Ketua Pengurus Pusat di Jakarta. Entah sejak kapan, THHSH menerbitkan majalan organisasi bernama Ta Hsueh Tsa Chih yang artinya majalah Ta Hsueh. Berkat Ta Hsueh Tsa Chih inilah saya kemudian masuk menjadi anggota THHSH dan pernah juga menulis artikel di Ta Hsueh Tsa Chih. Ceriteranya begini.

Menjelang lulus SMA pada tahun 1954, beberapa teman ingin mendaftar menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran karena pada waktu dokter sedang naik daun. Saya takut melihat orang sakit sehingga saya mencari fakultas lain. Entah dari mana datangnya, saya menerima majalah Ta Hsuen Tsa Chih edisi khusus menjelaskan tiap­tiap jurusan yang ada di Fakultet Teknik (FT) dan Fakultet Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) Universitet Indonesia di Bandung. Pada waktu itu istilah yang dipakai adalah universitet dan fakultet. Baru pada tahun 1956 nama itu diganti menjadi universitas dan fakultas. Setelah milih jurusan melalui uraian di majalah itu, akhirnya saya memilih jurusan Elektroteknik FTUI di Bandung.

Setelah mendaftarkan diri di FTUI Bandung, saya pun mendaftarkan diri ke THHSH Cabang Bandung. Pada waktu itu saya tidak begitu mengetahui tentang tata cara menjadi anggota yakai melalui pelonco. Ternyata lumayan juga pengalaman menjadi pelonco itu dan setelah rampung menjalaninya maka saya pun dilantik menjadi anggota cabang Bandung bersama sejumlah pelonco lainnya. Ketua Cabang Bandung (1953-1954) pada waktu itu adalah Tan Ik Bie. Kegiatan pertama yang saya alami segera setelah dilantik menjadi anggota adalah mengikuti Kongres THHSH yang kebetulan pada waktu itu diselenggarakan di Bandung.

Melalui rapat umum anggota pada kongres itu, Pengurus Pusat 1953-1954 yang diketuai oleh Poei Tiong Sie dari Surabaya beralih ke Thio Poo An dari Bandung (1954-1955). Selain itu diputuskan juga bahwa sistem rapat anggota diubah menjadi sidang perwakilan anggota (SPA). Pengurus Cabang Bandung juga beralih dari Tan Ik Bie (1953-1954) ke Tan Hwie Liong (1954-1955). Karena Tan Hwie Liong meninggalkan Bandung maka kedudukan ketua dialihkan ke Wakil Ketua Cheng Chin Pi (The Tjien Pek). Pada waktu itu saya ditunjuk menjadi komisaris lingkungan di daerah Jalan Cipaganti dengan tugas menagih iuran anggota dan menyampaikan surat pengurus kepada anggota di lingkungan itu.

Selain kegiatan organisasi melalui rapat anggota cabang, sebagian kegiatan THHSH cabang Bandung adalah upacara dan pesta. Untuk itu saya terpaksa mengambil kursus belajar dansa. Sebagian kegiatan dilakukan melalui seksi seperti Seksi Perawatan Soaial, Seksi Kesenian, dan entah seksi apa lagi. Yang cukup terkenal adalah kelompok barongsai dan langliong yang setiap tahun keluar ke jalan, tidak saja di Bandung melainkan juga sampai ke Sukabumi. Penghasilan dari barongsai dan langliong inilah yang membiayai kegiatan perawatan sosial.

Melalui SPA pada tahun 1955-1956 ketua pengurus pusat beralih ke tangan Liem Wie Tiong dari Bandung lagi. Dan melalui pemilihan, ketua pengurus Cabang Bandung 1955-1956 beralih ke tangan Tjan Ing Jang. Pada kepengurusan ini saya ditunjuk memimpin Seksi Perawatan Sosial. Kegiatan utama adalah berpartisipasi dalam kegiatan sosial termasuk ke rumah piatu. Pada waktu itu di Bandung berlangsung Konperensi Asia Afrika dan bertepatan dengan itu ditandatangani persetujuan kewarganegaraan di antara Indonesia dan RRT.

Akibatnya muncul diskusi di THHSH tentang kebangsaan Indonesia . Salah satu topik yang banyak dibicarakan adalah konsep integrasi bangsa. Banyak anggota berbicara tentang itu tetapi rasanya tiada seorang pun yang tahu bagaimana caranya. Namun pada waktu itu, datang Ong Tjong Hay dari Jakarta yang menyebarkan konsep asimilasi atau pembauran. Selain itu topik yang sering dibicarakan adalah apakah sistem perpeloncoan masih perlu dipertahankan. Banyak anggota berbicara tentang penghapusan perpeloncoan namun perpeloncoan terus saja berlangsung.

Pada tahun 1956-1957, melalui SPA, ketua pengurus pusat beralih ke Kho Han Tiong dari Jakarta . Melalui pemilihan, pada tahun 1956-1957, saya (Jo Goan Lie) terpilih menjadi Ketua Pengurus Cabang Bandung. Pada waktu itu, sejumlah organisasi mahasiwa di Bandung membentuk Kolese Ketua yakni para ketua saling berkomunikasi sehingga saya mengenal sejumlahaktivis mahasiwa dari organisasi mahasiswa lainnya. Pada masa itu, kalau tidak keliru, diadakan SPA di Semarang dan sekaligus meresmikan berdirinya THHSH Cabang Semarang. Kalau tidak salah ketuanya adalah Go Sien Ay. Pada tahun 1957-1958 di dalam SPA di Yogyakarta, nama THHSH diubah menjadi Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (Perhimi) yakni suatu usaha mengindonesiakan organisasi mahasiswa ini. Kalau sebelumnya anggota THHSH berasal dari kalangan mahasiswa Tionghoa maka kini keanggotaan diharapkan datang juga dari bukan mahasiswa Tionghoa. Pada SPA itu saya (Jo Goan Lie), dari Cabang Bandung, terpilih menjadi Ketua Pengurus Pusat. Pada masa inilah Cabang Bogor diresmikan dengan Thung Tjiang Kwee sebagai ketua pengurus cabang. Dengan demikian pada masa itu Perhimi memiliki cabang di Jakarta , Bandung , Yogyakarta, Surabaya , Semarang , dan Bogor.

Banyak organisasi mahasiswa tergabung ke dalam PPMI (Peserikatan Perkumpulan- perkumpulan Mahasiswa Indonesia ). Sebagai ketua saya pun terlibat dalam rapat-rapat PPMI termasuk rapat yang alot di Bandung pada acara yang membahas sikap mahasiswa terhadap PRRI. Anggota PPMI adalah organisasi mahasiswa ekstrauniversitas. Pada waktu itu, organisasi intrauniversitas mulai bangkit. Dipimpin oleh Emil Salim dari UI, mereka membentuk MMI (Majelis Mahasiswa Indonesia) sebagai sandingan PPMI.

Pada tahun 1958-1959, melalui SPA, ketua pengurus pusat beralih dari tangan saya ke Lie Djien Kian dari Cabang Jakarta. Pada tahun 1959, FT dan FIPIA UI di Bandung memisahkan diri dari UI dan menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Menjelang lulus dari ITB pada tahun 1959, saya terpilih lagi menjadi Ketua merangkap Bapak Peloncok pada Panitia Perpeloncoan Perhimi Cabang Bandung dengan Tjioe Tjiep Nio sebagai Ibu Pelonco. Pada waktu itu di Cabang Bandung masuk dua anggota baru yang bukan mahasiswa Tionghoa. Mereka adalah Herratnasih Gadroen dan Theodore Sommer.

Pada tahun 1966 atau 1967, Perhimi dibubarkan oleh Orde Baru. Bersama itu bubar pula organisasi mahasiswa yang mulai dibentuk pada tahun 1926 dalam usia 40 atau 41 tahun. Kisah ini diharapkan dapat dilengkapi lagi oleh mereka yang masih ingat akan THHSH dan Perhimi agar ingatan itu menjadi dokumen yang tertulis.

Dali Santun Naqa

No comments:

Post a Comment